Minggu, 12 Maret 2017

Pentingnya Sarana Kantin di Sekolah


Keberadaan pangan jajanan anak sekolah (PJAS) diperlukan oleh anak-anak dan para pedagang.  Pangan jajanan merupakan komponen penting untuk pemenuhan asupan energi dan gizi bagi anak yang bersekolah. Seorang anak yang sedang menempuh pendidikan dasar setidaknya menghabiskan waktu sekitar 5 jam per hari di sekolah.  Selama waktu ini, mereka memerlukan asupan energi dan gizi yang cukup untuk dapat melakukan berbagai aktivitas, termasuk berkonsentrasi dengan pelajaran yang diberikan.  Untuk itu diperlukan panganan dalam bentuk makanan berat (meals) dan makanan ringan atau camilan.  Selain itu, berjualan makanan jajanan merupakan sumber mata pencaharian yang tidak membutuhkan keterampilan tinggi dan modal yang besar, sehingga masih banyak diandalkan oleh masyarakat dengan tingkat pendidikan dan ekonomi rendah.

Variasi jenis pangan, tempat pengolahan, sarana penjualan, dan lokasi penjualan membuat tantangan dalam upaya penjaminan keamanan pangan cukup tinggi.    Ingredien, cara pengolahan, cara penyajian, dan cara konsumsi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi risiko keamanan pangan. Umumnya PJAS terdiri dari berbagai jenis pangan tradisional dengan banyak pilihan menu untuk makanan, minuman, dan camilan.  Berdasarkan tempat pengolahannya, pangan jajanan dapat dibuat di rumah, industri kecil, sarana penjualannya dan di pinggir jalan[1].  Keamanan pangan dapat diperoleh dari pengendalian risiko termasuk diantaranya penyediaan infrastruktur dan lingkungan yang higienis.

Pengamatan di lapangan menemukan terdapat praktek yang tidak baik dan berpotensi besar menyebabkan gangguan kesehatan, seperti buruknya higiene dan sanitasi, penggunaan bahan bukan untuk makanan (boraks, formalin, rhodamin B dan methanil yellow), kandungan pemanis yang melebihi batas[2] dan penggunaan pengawet yang melebihi batas[3].  Jumlah pencemaran mikroba (koliform, E.coli, S.aureus, dan Salmonella) pada PJAS adalah 16%, penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) (pemanis dan pengawet) melebihi batas sebesar 13%, dan penggunaan bahan bukan untuk makanan sebesar 5%3.  Ketiga kelompok masalah ini perlu diselesaikan dengan pendekatan yang tepat. 

Pengendalian keamanan pangan berbasiskan risiko memerlukan kajian untuk menentukan ranking potensi bahaya dengan mempertimbangkan peluang kejadian gangguan kesehatan[4].  Sehingga dapat diambil langkah intervensi, baik berupa pembinaan ataupun penindakan pada bagian yang tepat untuk mendapatkan hasil yang optimal. 


Pendekatan sederhana untuk penjaminan keamanan pangan yang dirumuskan oleh WHO adalah 5 kunci keamanan pangan, yaitu menjaga kebersihan, memisahkan pangan mentah dari pangan matang, memasak pangan dengan benar, menjaga pangan pada suhu aman, serta menggunakan air dan bahan baku yang aman.  Kesederhanaan pesannya membuat mudah dipahami dan diterapkan pada pedagang jajanan anak sekolah yang umumnya diliputi oleh berbagai keterbatasan, seperti dana, fasilitas, pengetahuan dan kesadaran.  


Penyediaan tempat khusus, seperti kantin akan menjadi cara yang tepat dalam meminimalkan risiko pencemaran pangan jajanan anak sekolah.  Kantin sewajarnya diikuti dengan berbagai sarana pendukungnya, seperti air bersih (untuk mengolah pangan atau untuk membersihkan peralatan makan), tempat mengolah pangan yang jauh dari sumber pencemaran, dan manajemen limbah yang baik.  Tempat yang terkonsentrasi akan memudahkan pemberian penyuluhan secara periodik kepada penjaja, bahkan jika terjadi penyakit yang disebabkan dari makanan maka penelusuran penyebab dan pengambilan tindakan perbaikan akan dapat lebih cepat dilakukan.   Hal-hal inilah yang menyebabkan pentingnya disediakan sarana tempat yang memadai untuk menjajakan dan mengkonsumsi makanan bagi anak di sekolah.



[1] INFOSAN. 2010. Basic Steps to Improve Safety of Street-Vended Food. INFOSAN Information Note No. 3/2010.
[2] Juliyah. 2011. Tingkat Keamanan Pangan Jajanan Anak Masih Rendah. http://infopublik.kominfo.go.id/index.php?page=news&newsid=1091
[3] BPOM. 2012. Laporan Tahunan 2011 Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Jakarta
[4] Hariyadi, P. 2011.  Kajian Risiko untuk Optimalisasi Pengawasan PJAS. Focus Group Discussion Persiapan Pelaksanaan Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah, Jejaring Keamanan Pangan Nasional. Jakarta. 18 Agustus 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar